Sabtu, 16 Mei 2009

GA KOTOR, YA GA BELAJAR

“Seseorang menemukan kepompong dan membawanya pulang untuk diamati perkembangannya. Pada suatu hari tampaklah garis pecahan pada kepompong itu. Rupanya bakal kupu-kupu itu berusaha membebaskan diri.
Orang itu merasa kasihan, lalu mengambil gunting dan membuka kulit kepompong. Bakal kupu-kupu itupun dengan mudah bergerak keluar. Tubuhnya panjang dan gembur. Sayapnya pendek dan layu.
Orang itu mengharapkan, dalam beberapa jam kemudian sayap kupu-kupu itu akan membentang dengan indahnya .Kenyataannya tidak demikian. Kupu-kupu kecil itu hanya bisa bergerak berputar-putar dengan sayapnya yang kerdil”


Sama dengan seorang bayi yang belajar berjalan, ia tak akan pernah bisa berjalan dengan benar apabila ibunya selalu menuntunnya dari belakang. Terkadang si ibu harus melepasnya untuk mencoba berjalan sendiri, walau si bayi akan terjatuh, tetapi akhirnya si bayi akan bisa berjalan sendiri tanpa tuntunan sang bunda.
Bagaimana si bayi akhirnya dapat berjalan sendiri? Pengalaman yang mengajakannya untuk berjalan sendiri. Tentu kita sering mendengar pepatah seperti ini, “Pengalaman adalah guru terbaik”. Ya, pengalaman jatuh yang dialami si bayi mengajarkannya cara untuk tidak jatuh lagi, insting si bayi merekam kondisi yang akan menyebabkannya jatuh dan si bayi mencoba metode berjalan lain yang menyebabkannya tidak jatuh dan akhirnya bisa berjalan dengan baik.

Jatuh itu menyakitkan tapi itu yang memebuat kita bangkit dan belajar cara utuk tidak jatuh lagi. Sebua iklan produk Unilever berkata, “Kalo ga kotor, ya ga belajar”. Bagi sang pembuat iklan, kata-kata ini hanya bertujuan untuk menari konsumen, tapi apabila kata-kata ini dikaji maknanya secara lebih mendalam dapat dilihat bahwa pengalaman yang menyebabkan baju dan badan kotor itu bisa mengajarkan sesuatu yang berharga pada kita. Layaknya proses kehidupan, tak ada yang instan di dalamnya. Setiap orang harus belajar dan melalui suatu proses untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, sesuatu yang lebih bernilai pastinya. Tetapi, orang-orang jaman sekarang tidak menghargai proses pembelajaran itu, semuanya mencari keiinstanan. Padahal di dalam proses itulah biasanya kita menemukan hal-hal yang lebih berharga dan lebih bernilai daripada tujuan akhir kita.

Oleh karena itu, marilah kita gali lagi pengalaman-pengalaman hidup kita, baik yang pahit maupun yang menyenangkan, kita kenang kembali saat-saat kejatuhan kita, saat-saat di mana kita merasa depresi, sakit, dan saat-saat di mana kita merasa Tuhan menjauhi kita, saat cobaan demi cobaain menghampiri kita, saat-saat di mana kita merasa kita adalah orang paling sial di dunia. Dan mari kita belajar dari pengalaman-pengalaman itu, untuk kemudian kita bangkit, sembuh, dan kembali berjalan bersama Dia untuk mencapai segala tujuan hidup kita. Seperti kupu-kupu yang harus berjuang sendiri agar dapat terbang bebas di alam luas, begitu pulalah kita harus melalui proses hidup yang terkadang sulit dan terjal untuk mencapai tujuan hidup kita.

1 komentar:

Jayadi Gusti mengatakan...

Mudah-mudahan kata-kata bijak "iklan unilever" itu gak dipake jadi kilah untuk males konsisten pada yang bener, ya Juve ...